Tanjung,--
Ritual adat yang pernah dilakukan oleh masyarakat adat wet Sesait-Kayangan pada
jaman dulu, ada yang dikenal dengan taik daya dan taik lauq. Taik Daya, ini dilakukan
oleh masyarakat komunitas adat Santong Asli, dimana ritualnya dilakukan naik ke
Bale Penginjakan yang ada di Pawang Semboya. Sedangkan Taik Lauq, disebut
demikian, karena memang masyarakat Adat Sesait Lama kala itu, ketika
melaksanakan ritualnya, mereka naik ke Montong Gedeng (Gunung Kayangan ini).
Sudah
menjadi tradisi turun-temurun masyarakat wet adat Sesait-Kayangan sebelum
memulai pola tanam, terlebih dahulu menggelar perayaan adat. Perayaan adat itu
pun hingga saat ini masih dilakukannya, walau tidak semeriah pada jamannya
dulu. Oleh para sesepuh dan generasi muda Sesait-Kayangan yang masih kuat
memegang tradisi ini, lalu sepakat untuk menggelar kembali ritual adat yang
sudah puluhan tahun tidak terdengar itu, Kamis, (03/09).
Menurut
tokoh adat Sesait, Djekat mengatakan, ritual adat yang dilakukan ini
dilaksanakan setiap bulan kelima tahun hijriyah menurut perhitungan kalender
Jango Bangar. Dilaksanakannya ritual adat ini, kata Djekat, karena memang di tempat
inilah masyarakat adat Sesait melaksanakan ritual adatnya secara turun-temurun.
Dijelaskan
Djekat, pelaksanaan ritual adat yang di sebut dengan ‘Taik Lauq’ ini,
sesungguhnya orang tua Sesait Lama yang dikenal dengan sebutan ‘Tau Lokak
Empat’ (Penghulu, Pemusungan, Mangkubumi dan Jintaka) dulu pada bulan lima
melakukan sangkep (musyawarah) di lereng sebelah selatan Montong Gedeng ini.
Adapun yang dibicarakan pada saat itu adalah kapan akan di mulai membuka tanah
dan kapan akan di mulai musim pola tanam.
Itulah
sebabnya,
kata Djekat, masyarakat Sesait Lama kala itu, sebelum Tau Lokak Empat
ini selesai melaksanakan rapat ditempat ini tidak ada yang berani
memulai
melaksanakan pola tanam. Karena mereka patuh dan taat kepada aturan adat
yang
telah di tetapkan secara turun-temurun. Dalam mengerjakan ritual adat di
situs-situs Jango Bangar yang pernah dilakukan masyarakat adat Sesait
Lama, kedepan akan dikembalikan lagi sesuai dengan purusanya, seperti
Mangku Laut, Mangku Tanah Abang, Mangku Kremean dan mangku lainnya. Hal
ini dimaksudkan agar para mangku ini bisa bekerja sesuai dengan
pekerjaannya sebagai Mangku.
“Jika
dikaitkan dengan jaman modern, maka orang Sesait Lama dari jaman dahulu sudah
menerapkan aturan pola tanam,”imbuhnya.(eko)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar