Kamis, 13 November 2014

Dari Kegiatan Presstour Bersama Humas KLU “Keterlibatan CSR Cukup Menonjol”


Tanjung, (SK),--- Bagian Humas Setda Kabupaten Lombok Utara[KLU] bersama Asisten III dan para wartawan KLU melakukan studi banding ke beberapa kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah [UMKM] yang ada di Yogyakarta, (09 s/d 11 Oktober 2014 ) lalu. Kegiatan yang dikemas dengan nama Presstour (study banding) ini antara lain, mengunjungi kegiatan usaha rumah tangga [home industry] berupa kerajinan batik tulis dan usaha kerajinan rotan.
Pada kesempatan yang pertama dikunjungi adalah usaha kerajinan batik tulis khas Keraton yang ada di Giriloyo, Karang Kulon Wukirsari Imogiri, Bantul. Ditempat ini, usaha kerajinan batik tulis mayoritas dilakukan oleh para ibu- ibu rumah tangga yang jumlahnya sekitar 15 kelompok. Dimana dalam satu kelompok ada 10 0rang yang terlibat di dalamnya. Kegiatan batik tulis ini dilakukan sejak abad ke 17.
‘’Usaha kerajinan batik tulis ini mayoritas dikerjakan oleh ibu ibu rumah tangga. Sedangkan laki-laki di bagian pewarnaan saja,’’kata ketua kelompok batik tulis,Sri kuncoro Imaroh.
Kegiatan batik tulis ini dilakukan sejak terjadinya gempa bumi yang dahsyat pada tahun 2006.dimana banyak masyarakat setempat yang mengalami kerugian baik tempat tinggal maupun harta benda.ada kegiatan ini sebagai bentuk membangkitkan semangat hidup warga yang terkena korban gempah.usaha kerajinan batik tulis ini mampu memberikan harapan hidup terbukti warganya dapat mendapatkan sumber penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Menariknya dalam kegiatan ini keterlibatan CSR cukup menonjol. Sehingga usaha dari kerajinan batik tulis ini, salah satu CSR yang terlibat seperti Bank BCA. Sedangkan peran Pemerintah dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan dan UKM yaitu memberikan pelatihan dan melakukan kegiatan pameran. Selain itu keterlibatan Lembaga Swadaya Masyarakat [LSM] ikut memotifasi sehingga usaha kerajinan batik tulis dapat berkembang dengan baik.
Kerajinan batik tulis khas Imogiri motifnya natural dan klasik. Semua bahannya di ambil dari alam seperti dari kulit pohon duku, kulit kayu mahoni, kapas tawes dan kujur. Sistem pengerjaan yang dilakukan adalah borongan yang berdasarkan pesanan dari orang-orang yang membeli kain batik tulis tersebut.
Untuk satu kain dikerjakan 5 orang dan setiap orang mengerjakan masing masing dari motif yang ada. Sementara untuk polanya memang sudah ada sejak nenek moyang dahulu. Harga kain batik tulis khas Imogiri ini cukup mahal mulai dari harga Rp 600 ribu sampai jutaan rupiah. Hal ini juga karena bahan kain yang di pakai berasal dari kain katun dan sutra.
Usaha ini dapat berkembang karena pemasarannya cukup baik terutama karena banyaknya pameran yang dilakukan selain itu juga banyak pesanan yang datang dari luar negeri.
Sementara itu bagi yang ingin belajar membatik ditempat ini akan dikenakan biaya. Hitungan perjam saja dikenakan biaya Rp 25 ribu.
 Pada saat dilakukan kunjungan ke usaha batik ini ratusan pelajar SMP yang berasal dari Jakarta khusus datang belajar ketempat batik tulis ini.
Berikutnya, kunjungan ke dua di alamatkan ke usaha kerajinan rotan di Anggun Rotan Manggung Wukirsari, Imogiri Bantul. Di tempat usaha ini banyak di perkerjakan pekerja yang berasal dari warga sekitar baik laki-laki maupun perempuan. Jumlahnya 40 orang. Berbagai macam jenis kerajinan yang dilakukan seperti tas wanita, laundry boks, sandal hotel, tempat sampah, topi dan berbagai jenis usaha lainnya dengan bahan baku rotan.
‘’Pangsa pasar untuk usaha rotan ini adalah 50 persen untuk dalam negeri dan 50 porsen untuk luar negeri, ”kata pemilik kerajian Panut Mulyawiyata.
Untuk bahan baku berupa rotan, semuanya didatangkan dari pulau Kalimantan yang memang terkenal dengan mutu rotannya yang baik.Kegiatan kerajinan rotan ini merupakan salah satu binaan CSR yaitu Pertamina, sehingga proses produksinya dapat berjalan dengan baik terutama dengan banyaknya kegiatan pameran yang dilakukan, baik di dalam negeri maupun sampai ke ,luar negeri, seperti Jepang dan Belanda.
Adapun motif dari jenis kerajinan rotan ini 70 persen merupakan desain sendiri.Sedangkan 30 persennya dari pemesan. Untuk keterlibatan Pemerintah dalam hal ini lebih banyak memberikan kegiatan dalam bentuk pelatihan-pelatihan dan bagaimana mengatur usaha. Adanya perhatian pemerintah ini di fokuskan pada usaha yang dikembangkan secara kelompok seperti usaha batik tulis khas keraton tersebut.
Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga terkait dengan peningkatan SDM, bantuan mesin usaha dan usaha pemasaran yang dilakukan secara online,”kata Sekretaris Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta Drs Lono Widagdo.(ndk/era)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar